Tragedi Dewi Sinta

“…ceritane wayang romoyono..ing negoro alengko dirojo…ratu buto rahwono rojo..gawe geger nyolong dewi sinto….”

Beberapa hari yang lalu ditengah kesibukan sekolah saya terkaget-kaget mendengar berita bahwa Ibu Dr. Sri Mulyani Indrawati mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan dan hendak menjadi Direktur Perencanaan di World Bank. Seketika itu juga saya teringat dengan tragedi Dewi Sinta dalam cerita pewayangan Ramayana. Bukan masalah Rahwana nya..tapi cerita tentang betapa seorang Dewi yang baik hati dan jujur tidak dipercayai oleh Rama dengan tuduhan telah menghianati dirinya.

Script Ramayana menuturkan bahwa Dewi Sinta dijemput oleh Hanoman yang berhasil menyusup masuk hingga ke dalam Kerajaan Alengka untuk mencari tempat disembunyikannya Dewi Sinta oleh Rahwana. Namun, dibalik tugas tersebut sebenarnya ada tugas terkandung yang diemban oleh Hanoman yang dirahasiakan olehnya. Tugas tersebut adalah tugas dari Rama untuk memberikan cincinnya pada Dewi Sinta untuk melihat apakah Dewi Sinta telah menghianatinya atau tetap setia kepada Rama.



“Hanoman, masuklah kau ke dalam Kerajaan Alengka sana…cari Sinta..”

Hanoman menyembah “Dawuh Tuanku…akan saya jemput Dewi Sinta”

“Tidak usah kau jemput..kau lihat dimana dia disimpan oleh Rahwana”

Hanoman tetap menyembah namun menjadi sedikit bingung “T.t….tidak usah dijemput Tuanku..?”
“Ya, ingsun mendengar berita bahwa dia telah menghianati Ingsun dan pergi bersama Rahwana atas kehendaknya sendiri..Kau ajaklah dia pulang, bila dia ikut denganmu berati dia tidak suci lagi, bila dia menolak ikut denganmu maka bawalah cincin Ingsun dan perintahkan Sinta untuk memakainya, bila cincin ini tidak dapat dipakai di jarinya berarti dia telah berhianat dari Ingsun..maka kembalilah kau kemari, biar Sinta menunggu Ingsun menghancurkan Alengka dan Sinta harus memberi bukti bahwa dia tidak berhianat dengan agni Pariksha

Hanoman tertegun karena dia sesungguhnya tidak percaya bahwa Dewi Sinta akan menghianati Sri Rama yang demikian agung…tetapi tuntutan tugas lah yang harus dilaksanakannya, maka Hanoman segera meluncur menuju Alengka.
Alkisah, Hanoman berhasil menemui Dewi Sinta di Taman Ashoka sedang bermuram durja. Maka Hanoman pun mengajak Sang Dewi untuk pergi dari Alengka namun Dewi Sinta menolak

“Hanoman, aku tidak pernah disentuh lelaki lain selain oleh Kanda Rama, maka pulanglah kau dan sampaikan kepada Kanda Rama bahwa aku menunggunya disini..”

Hanoman pun menunjukkan cincin yang dibawanya tanpa berucap satu kata pun..
Dewi Sinta menatap kepada cincin yang berkilauan, dia mengerti inilah takdir yang harus dibawanya, inilah tanda bahwa Sri Rama meragukan kesetiaannya…namun, saat itu tangan Dewi Sinta sedang membengkak karena disengat lebah..Dewi Sinta tahu dan mengerti bahwa Sri Rama tidak akan menerima alasan apapun..maka Dewi Sinta pun berucap

“Hanoman, aku tidak tahu harus mempercayai siapa lagi..cukuplah engkau yang tahu bahwa ini adalah pertanda akan adanya agni Pariksha..kau lihat betapa tanganku telah terluka akibat sengatan lebah dan tidak akan dapat memakai cincin Sri Rama…”

Hanoman yang mempercayai kejujuran Dewi Sinta terombang-ambing untuk memilih melaksanakan tugas dari Sri Rama atau menjaga Dewi Sinta sehingga akhirnya Hanoman memutuskan untuk tinggal di Alengka demi menjaga Dewi Sinta.
Setelah Rahwana dihancurkan oleh Sri Rama, maka tibalah saat pembuktian kejujuran Dewi Sinta dengan cara melompat kedalam api persembahan agni Pariksha. Ketika Dewi Sinta melompat dengan bahagia karena yakin bahwa kejujurannya akan membawa kebahagiaan, dirinya diselamatkan oleh Dewa Brahma dan Dewa Agni kemudian diturunkan serta disandingkan dengan Sri Rama dan mereka hidup bahagia selamanya.

Lha, terus apa hubungannya Dewi Sinta sama Ibu SMI...?

Cerita Dewi Sinta kan cerita dalam Ramayana….Nah, cerita Ibu SMI ini cerita di negara kita yang tercinta ini…
Saya melihat cerita tentang dua orang yang jujur dan memiliki integritas luar biasa tetapi harus menerima tuduhan yang meragukan kejujuran dan integritas mereka. Saya hanya orang bodoh yang nggak ngerti soal teori-teori ekonomi baik yang sosialis hingga yang disebut neo liberalis. Dijelasin berulang kali pun banyak nggak ngertinya daripada nyambungnya...Tapi saya koq rasanya termasuk orang yang yakin dengan integritas Ibu SMI. Soal pilihan bagaimana menjalankan mekanisme keuangan negara saya tidak bisa berkomentar banyak karena sekali lagi saya jelaskan bahwa saya gak ngerti teori-teori ekonomi. Hanya saja saya yakin bahwa setiap teori ekonomi pasti ada lawannya dan semuanya bertujuan sama yaitu untuk mencapai hasil yang lebih baik secara ekonomi. Jadi kalau saya berfikir bahwa teori sih boleh pake yang mana saja yang penting adalah siapa yang menjalankannya. Teori ekonomi yang berbasis sosialis pun bila yang menjalankan brengsek maka yang muncul adalah golongan kelas elit dan kelas sengsara sebagaimana terjadi di Uni Sovyet (saya lihat sendiri hasil nya di beberapa negara pecahan Uni Sovyet). Teori ekonomi kapitalis pun bila yang menjalankan penuh integritas bisa menjadi baik dan membawa masyarakat kepada kemakmuran seperti yang terjadi di sebagian negara Skandinavia sana.

Saya melihat posisi Ibu SMI yang mirip dengan Dewi Sinta. Beliau berupaya mempertahankan integritas dan kejujurannya dalam menjalankan tugas yang berat dengan sebaik-baiknya namun menjadi korban ketidak percayaan politis yang dihembuskan golongan yang membencinya. Perlu dicermati bahwa yang membisikkan bahwa Dewi Sinta tidak setia adalah dewi lain yang cemburu kepadanya. Dan yang meragukan kesetiaan serta integritas Ibu SMI terhadap kemajuan ekonomi bangsa ini kelihatannya diawali dengan tindakan Ibu SMI yang tidak pandang bulu dalam menegakkan reformasi dan peraturan di dalam jajaran kementrian keuangan dan kepada kalangan pengusaha kelas super kakap (yang sebagian dari mereka ada di DPR dan di dalam Partai yang bersebrangan dengan pemerintah). Kita masih ingat betapa salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia dijerat dengan hukum karena dugaan penggelapan pajak selama sekian tahun dll hingga harga sahamnya anjlok.

Yang menjadikan cerita ini tragis dan ironis adalah betapa setelah Ibu SMI mengundurkan diri, tiba-tiba bernunculan banyak sekali suara dari partai-partai besar yang mencalonkan kadernya untuk menjadi Menteri Keuangan. Ditambah lagi berita bahwa para penggagas hak angket Century yang memang kelihatannya ditujukan untuk membidik Ibu SMI semakin mundur dan tidak mau meneruskan kasusnya setelah Ibu SMI mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan. Malah membentuk Sekretariat Bersama Koalisi pula...

Saya heran betul....Bagaimana bisa orang yang demikian dicari dan diperebutkan untuk dijadikan sebagai pejabat keuangan oleh berbagai negara besar dan berbagai lembaga keuangan terbesar dunia karena integritas dan kemampuannya mengelola keuangan tapi koq malah dijatuhkan dan dihinakan secara politis di negara sendiri..?

Sayangnya ending cerita yang dipilih Ibu SMI tidak sama dengan ending cerita yang dipilih oleh penulis Ramayana. Penulis Ramayana memilih ending dimana Dewi Sinta pada akhir cerita tetap hidup bersama Sri Rama dan mempunyai keturunan yang akan melahirkan Pandawa dan Kurawa…sedangkan Ibu SMI tampaknya memilih ending cerita Dewi Sinta masuk ke dalam agni Pariksha untuk kemudian menjelma menjadi dewi di khayangan dan meninggalkan Sri Rama sendirian gegetun menyesali akibat ketidak percayaannya kepada Dewi Sinta.

Selamat bertugas di tempat yang baru Ibu SMI.

Temen saya si Bahlul bilang
“Saya gak suka cerita Ramayana…saya lebih suka cerita Petruk dadi Raja..”

Emang suka gak nyambung dia....

Comments

  1. mang, plis cek email mang nafis: nafis94@gmail. Mohon jangan mereply ke Facebook.

    Nuhun

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA