Posts

Showing posts from 2009

Ibrahim diciduk Polisi, Isma'il diamankan

oleh : Emha Ainun Nadjib dari buku "Markesot Bertutur" Seorang teman Markesot bernama Mat Sudi menggerundel terus sepulang dari shalat Idul Adha di lapangan. "Kamu kok ngedumel terus!" kata Markesot sebel, "Nanti jadi batal sembahyangmu!" "Lho, ketika sembahyang saya ndak ngedumel kok." "Ya tapi kalau sekarang mbesot-mbesot begitu, keabsahan shalatmu bisa berkurang!" "Biarin! " "Biarin gimana? Gila kamu!" "Saya nurut saja sama Tuhan. Kalau memang angka nilai sembahyang saya dikurangi oleh Tuhan, ya saya ikhlas saja. Seandainya dianggap batal ya saya nurut saja. Bahkan kalau semua itu oleh Tuhan dianggap dosa dan itu membuat Tuhan memasukkan saya ke dalam neraka, ya saya nurut saja kok."

Menjadi Pejabat : Amanat atau Rizki

Tulisan ini sesungguhnya ditulis pada bulan Oktober 2009, namun saya lengkapi pada bulan November 2015.  Kenapa? Karena baru saja kemarin (November 2015) saya mendengar tentang berita seorang Kapolres yang membantu menegumpulkan biaya dan membangun sebuah rumah bagi satu keluarga yang tidak mampu.  Sedemikian tidak mampunya sehingga sang Ibu sempat memasak batu untuk menenangkan anak-anaknya yang kelaparan dengan mendemonstrasikan seolah-olah sang Ibu sedang memasak makanan bagi mereka.  Di satu sisi, pada hari yang sama diramaikan oleh media-media Indonesia tentang betapa Presiden, para wakil rakyat dan seluruh pegawai negeri akan menerima THR.  Ya, Tunjangan Hari Raya yang sangat diidamkan oleh para pegawai negeri kelas menengah dan bawah untuk memenuhi kebutuhan duniawi pada saat hari raya agamanya.  Ironis, orang-orang yang notabenenya sudah berkecukupan terus dilimpahi dengan bantuan ekonomi sedangkan yang memasak batu hanya dapat meratapi nasibnya saja.  Apa yang salah di negeri

Melakukan Yang Benar Tapi Tidak Populer Atau Populer Tapi Belum Tentu Benar..?

Sekarang kita sedang sering meilhat reality show yang seru di televisi, koran dan media informasi lain tentang upaya koalisi partai-partai politik yang semula bersebrangan arah dengan partai pemenang pemilu. Banyak yang berkomentar negatif, katanya itu tanda orang-orang yang haus kekuasaan dan berpotensi menyimpang. Tapi ada pula yang menanggapinya dengan biasa-biasa saja,katanya dalam politik hal itu biasa, apalagi kalau sudah soal berbagi jatah posisi Menteri di departemen yang "basah". Siapa sih yang menolah dikasih posisi nyaman dengan fasilitas yang berlimpah dan memungkinkan untuk menyejahterakan diri, keluarga dan kelompoknya. Itu katanya lho....Reality show yang lain yang tidak kalah serunya juga masalah persidangan mantan ketua KPK yang sekarang menjadi terdakwa kasus pembunuhan plus dugaan korupsi...hanya satu kata yang bisa disampaikan.... SERU !!!!!

Mental Persaingan (positif) Orang Indonesia

Hasil bincang-bincang pagi dengan seorang sahabat dan senior cukup menggelitik hati saya untuk membuat tulisan sedikit. Berawal dari omong-omong tentang kenapa sih kita ini seolah-olah selalu kalah bersaing dengan negara-negara tetangga yang notabene sama-sama orang Asia Tenggara dan merdeka pada waktu yang tidak terlalu berjauhan. Mari kita lihat negara tetangga kita Singapura yang dengan suksesnya bisa menjadi salah satu negara yang hampir masuk dalam negara "kelas atas" atau mungkin sudah masuk pada kategori tersebut. Saya masih ingat beberapa dekade yang lalu negara kita yang tercinta ini dianggap sebagai negara yang kuat dan digadang-gadang akan segera masuk menjadi Macan Asia setelah Jepang, Korea Selatan dan Cina. Calon-calon macan itu termasuk di dalamnya adalah Singapura, Malaysia, Taiwan dan Indonesia. Setelah dua dekade lewat maka Singapura sudah mulai tumbuh taring dan kukunya sebagai macan, Taiwan dan Malaysia berkembang juga walaupun tidak terlalu cepat sep

Beriman Karena 3 Tamparan...

Di jaman materialisme seperti sekarang ini sungguh tidak aneh bila ada orang yang tidak percaya kepada Tuhan karena menurut mereka Tuhan itu "tidak nyata"... Hal ini menimpa juga terhadap seorang pemuda yg sebutlah bernama "A". Setelah menempuh pendidikan sarjananya di Amerika dan ditambah pengetahuannya tentang teori2 Marxisme maka pendapat dia tentang ketuhanan semakin kabur dan bahkan setelah pulang ke Indonesia dia berani untuk terang-terangan berdebat dengan siapa saja masalah ketuhanan. Namun seluruh anggota keluarga dan teman2nya yg diajak berdebat selalu tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan "A" sehingga dia semakin merasa jumawa dan benar tentang teori anti ketuhanannya itu. Namun ayahnya yang tidak rela melihat anaknya menjadi tidak bertuhan itu memanggil orang2 yang dianggap pintar soal agama, walaupun akhirnya orang-orang itu juga terdiam karena tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan si "A".