Memaknai Halal Bihalal Dan Silaturahmi



Tanpa terasa penghujung Ramadhan telah tiba dan bulan Syawal telah menjelang. Halal bihalal pun berjalan dengan ramai dan menjadi titik balik bagi umat manusia khususnya umat Islam untuk memulai hubungan baru dengan saudara-saudara dan lingkungannya. Api permusuhan dan dendam telah dikuburkan dan ditinggalkan di belakang sejauh mungkin dengan saling memaafkan.
Halal bihalal sendiri merupakan suatu bentuk aktivitas yang mengantarkan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan kembali hubungan yang tadinya membeku hingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu serta menyelesaikan kesulitan dan problema yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Selain halal bihalal, istilah lain yang akrab di telinga masyarakat Indonesia ketika Idul Fitri adalah silaturahmi atau silaturahim (menyambung tali kasih sayang).




Salah satu syarat bagi umat Islam untuk memperoleh pengampunan Allah adalah dengan jalan memaafkan dan berlapang dada terhadap orang lain. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al Qur’an surat An Nur ayat 22 “ Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Agar momen Idul Fitri memiliki nilai lebih dari sekedar tradisi yang biasanya dilakukan orang Indonesia sebagai pribadi Muslim, maka di dalamnya harus terdapat lima hal :
Pertama, saling menghormati. Saling menghormati bukan berarti gila hormat, melainkan saling memberi ruang dan gerak untuk bersama-sama berbuat yang terbaik bagi kepentingan dan kesejahteraan bersama dalam rangka menggapai ridha Allah. Saling menghormati berarti menghargai apa-apa yang menjadi pemikiran, tindakan dan ucapan orang lain. Bila ada ketidak cocokan dengan pemikiran, tindakan dan ucapan kita maka kita tidak menyerang dengan membabi buta namun mendiskusikan dan membicarakannya dengan penuh rasa hormat.
Kedua, saling mencintai. Rasa cinta seseorang yang tulus terhadap orang lain bisa merubah dan mempengaruhi lorong-lorong waktu dalam kehidupan ini. Cinta mampu mendekatkan yang jauh, merekatkan yang renggang dan menyulap benci menjadi rindu. Anas bin malik mengatakan, Rasulullah SAW bersabda “ Apabila seseorang tidak mencintai saudaranya, berarti dia bukan orang yang mencintai dirinya”.
Ketiga, saling menolong. Sehebat apapun eksistensi seseorang, dia tidak akan mungkin hidup sendirian. Karena itu Allah berfirman “ Dan, tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan janganlah (kalian) tolong menolong dalm berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amatlah berat siksaan-Nya” (QS al Maidah ayat 2).
Keempat, saling musyawarah. Seberat apapun urusan keduniaan yang menimpa kita sebaiknya diselesaikan dengan jalan musyawarah dan bukan dengan jalan kekerasan. Perlu diingat bahwa setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Allah tidak akan menguji seseorang melebihi kadar kemampuannya.
Kelima, saling memaafkan. Orang terbaik yang menjadi tanda ketakwaan kepada-Nya adalah orang yang mau meminta maaf terlebih dahulu terhadap sesamanya, walaupun dia belum tentu bersalah. Allah berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 134 “ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik dalam waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Sementara dalam konteks kesalahan kepada Allah, maka sesegera mungkin kita meminta maaf kepada-Nya dengan jalan bertaubat, memperbanyak beristighfar dan beribadah.

Perlu diingat seperti yang telah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya, Ramadhan adalah tempat kita melatih diri, sehingga keberhasilan kita dalam menjalani latihan di bulan Ramadhan akan tercermin justru dari perilaku kita setelah bulan Ramadhan berlalu.

Akhir kata, marilah kita merajut kembali persaudaraan yang fitri dengan berlapang dada, mengulurkan tangan dan saling mengucap permohonan maaf lahir dan batin. Semoga pada hari lebaran ini gugurlah semua dosa dan dihapuskan segala kesalahan sehingga kita kembali pada kesucian. Amin.

Taqabbalallahu minna wa minkum
Shiyamana wa shiyamakum
Ja’alanallahu wa iyyakum
Minal ‘aidin wal faizin

Selamat hari raya Idul Fitri 1429 H
Mohon maaf lahir dan batin.

Comments

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Tragedi Dewi Sinta

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA