Masjid Ahok



Dunia beragama dan berbangsa di Indonesia sedang diuji. Ini gara-gara kasus dugaan penistaan agama oleh Pak Ahok yang kemudian merembet kemana-mana sampai ke halal haramnya beli roti merk Sari Roti lengkap dengan dalil naqli dan dalil aqli nya...heheh..lucu tp nggegirisi... memprihatinkan!!

Tidak lama kemudian persoalan berkembang lagi menjadi masjid. Ini gara-garanya dalam pembelaan Pak Ahok bilang sudah membangun masjid sebagai bukti bahwa beliau ndak menghina ummat Islam bahkan memajukannya. Terus, para pengheboh serta merta menentang masjid yang dibangun oleh orang kafir, lengkap dengan dalil dari Surat At Taubah ayat 107-110 tentang masjid yang didirikan oleh orang kafir (dalam terjemahan yang lain disebutkan orang munafiq; bukan orang kafir).


﴿وَالَّذِينَ اتَّخَذُواْ مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِن قَبْلُ وَلَيَحْلِفَنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَـذِبُونَ - لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ ﴾


“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (107)


﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا﴾ ﴿لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (108)


﴿أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَم مَّنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِى نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّـلِمِينَ - لاَ يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِى بَنَوْاْ رِيبَةً فِى قُلُوبِهِمْ إِلاَّ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴾

Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan Dia ke dalam neraka Jahannam. dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (109)


﴿لاَ يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِى بَنَوْاْ رِيبَةً فِى قُلُوبِهِمْ﴾ ﴿إِلاَّ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ﴾ ﴿وَاللَّهُ عَلِيمٌ﴾ ﴿حَكِيمٌ﴾

Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (110)



Ketika masalah tersebut ramai, ada temen saya terus nanya “Yang begini ini bagaimana menyikapinya bro? Ente kan orang pesantren, santri...”

Waduh......nyantri aja gak khatam, tapi terus koq jadi tertarik buka-buka kitab yang dulu dipelajari dan membaca ulang pendapat Ulama-ulama terdahulu tentang hal ini. Satu hal yang agak lucu di negeri ini dan sering terjadi adalah, orang sering menganggap bahwa permasalahan-permasalahan yang sekarang terjadi benar-benar baru terjadi bagi agama Islam. Dianggapnya apa yang terjadi sekarang di zaman kita belum pernah dibicarakan atau tidak pernah terjadi di zaman dahulu, ternyata sebetulnya Ulama-ulama sudah banyak membahas tentang hal ini. Permasalahan ini dalam agama Islam dikenal dengan Masjid Dlirar/Dliror (مَسْجِدًا ضِرَارًا).

Khususon masalah ini dalam kaitannya dengan Pak Ahok ada dua hal mendasar yang harus kita pahami bersama, yaitu:


Pertama, adalah statement tentang Pak Ahok membangun masjid dan

Kedua, penjelasan tentang Surat At Taubah ayat 107-110 menurut para Ulama.


Mari kita diskusikan kedua hal diatas;

Sepengetahuan saya ada 3 masjid yang dibangun oleh Pemda DKI pada masa kepemimpinan Pak Ahok. Yaitu : Masjid Fatahillah. Masjid ini awalnya adalah mushola Fatahillah yang berada di Kompleks Balai Kota Jakarta ini terdiri dari dua lantai dengan lantai 1 seluas 410 meter persegi dan lantai 2 seluas 594 meter persegi dengan daya tampung 1.513 jamaah. Masjid ini dibangun selama 3 bulan pembangunan oleh PT Ganiko berada di bawah pengawasan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta. Anggaran masjid ini mencapai Rp 18, 838 miliar yang diambil dari APBD 2015. Lalu ada Masjid Marunda. Masjid yang dibangun di kompleks rusun marunda ini menghabiskan biaya 9 M. Bangunan ini mendapatkan kritik dari Pak Ahok karena bangunannya yang tidak bagus. Berikutnya adalah Musholla di rusun Komarudin dan pondok bambu Marunda.

Apakah masjid-masjid tersebut diatas adalah masjid yang dibangun oleh Pak Ahok? Pernyataan Pak Ahok bahwa beliau membangun masjid adalah pernyataan yang didasarkan pada program beliau sebagai pimpinan daerah. Artinya, masjid yang beliau bangun bukan dibangun atas dasar waqaf beliau sendiri, bukan uang pribadi beliau lantas dinamai sendiri dan digunakan untuk keperluan beliau pribadi alias menjadi Masjid Ahok, tetapi pembangunan masjid ini merupakan program pemerintah daerah untuk membangun sarana peribadatan bagi masyarakat termasuk diantaranya adalah pembangunan masjid. Kewajiban pemerintah salah satunya adalah menyediakan tempat beribadah yang baik dan memadai untuk digunakan umat beragama menjalankan keyakinannya. Dalam rangka menjalankan kewajiban pemerintah itulah maka masjid yang didirikan adalah masjid diatas tanah pemerintah (baik dari hasil waqaf atau beli) dan biaya pembangunannya merupakan biaya dari pemerintah yang merupakan anggaran hasil pajak dll yang memang milik rakyat. Beliau hanya memprogramkan baik secara anggaran dan rencana yang kemudian masih harus mendapat persetujuan DPRD. Pernyataan beliau harus dilihat sebagai pernyataan bahwa Pak Ahok tidak memusuhi Islam karena dalam program beliau termasuk diantaranya adalah program pembangunan masjid dan bukan sebagai pernyataan beliau membangun masjid pribadi.

Mengapa hal ini menjadi penting?
Begini, pernyataan bahwa Pak Ahok membangun masjid ini tidak dapat menjadi nash bahwa Pak Ahok membangun masjid (secara pribadi), karena Pak Ahok hanya menjalankan tugasnya sebagai pimpinan daerah untuk menyediakan sarana beribadah ummat. Siapapun Gubernurnya saat itu, bila memang sudah ada program pembangunan masjid yang mata anggarannya disetujui DPRD maka akan berdiri juga lah masjid itu. Jadi, kita harus bisa membedakan antara Masjid yang dibangun Pak Ahok dan Masjid yang dibangun oleh Pemda DKI saat Pak Ahok jadi Gubernur DKI. Status Masjid yang dibangun oleh Pemda DKI (siapapun Gubernurnya) mengakibatkan hukum masjid-masjid tersebut diatas adalah sama seperti Masjid Istiqlal, Masjid Islamic Centre di bekas lokalisasi Kramat Tunggak atau masjid-masjid lain yang dibangun oleh pemerintah untuk umat Islam di Indonesia karena merupakan program pembangunan dari pemerintah saat itu. Catat : Masjid Pemerintah. Kenapa hal ini penting? Karena nantinya akan menjadi jelas perbedaan Masjid Dlirar dan bukan setelah kita mengulas Surat At Taubah ayat 107-110 yang telah disebutkan diatas tadi.

---
Imam Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir atau lebih dikenal sebagai Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirul Qur’anil ‘adzim atau terkenal sebagai Kitab Tafsir Ibnu Katsir menyampaikan asbabun nuzul Surat At Taubah ayat 107-108 sebagai berikut:

Alasan dibalik turunnya ayat ini adalah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, ada seorang dari kaum Khazraj (di Madinah) yang bernama Abu Amir ar Rahib (pendeta). Orang ini memeluk agama Nasrani sebelum Islam dan seorang pembaca kitab. Pada masa Jahiliyah, Abu Amir dikenal sebagai seorang pemimpin dan orang yang terhormat di kalangan kaum Khazraj. Ketika Rasulullah tiba di Madinah setalah hijrah, kaum Muslim berkumpul disekitar beliau dan nama Islam semakin menggema setelah perang Badr yang menyebabkan Abu Amir semakin benci dan mengabarkan kebenciannya terhadap Islam. Dia kemudian pindah bergabung dengan kaum Quraish di Mekah untuk mendukung mereka pada peperangan melawan Rasulullah. Kaum Quraish menggabungkan kekuatannya dengan sejumlah suku Bedouin pada perang Uhud, pada masa ketika Allah menguji kaum Muslimin dimana akhirnya kemenangan adalah milik orang-orang yang beriman. Pemberontak Abu Amir menggali lubang-lubang di wilayah antara dua kubu dimana pada salah satu lubangnya Rasulullah terjatuh dan terluka di bagian wajah serta salah satu gigi beliau patah. Rasulullah juga mengalami luka di bagian kepala. Sebelum peperangan dimulai, Abu Amir mendakati orang-orangnya di golongan Anshar dan mencoba meyakinkan mereka untuk mendukung dan setuju dengannya. Namun demikian, ketika kaum Anshar mengenali Abu Amir maka mereka mengutuknya dimana Abu Amir kemudian mengutuk balik kaum Anshar. Rasulullah dahulu pernah memanggil Abu Amir dan membacakan Al Qur’an kepadanya namun dia menolak untuk masuk Islam dan memberontak. Setelah perang Uhud selesai, Abu Amir menyadari bahwa panggilan Rasulullah terus bersinar dan mendapatkan momentum, sehingga kemudia dia pergi menghadap Heraklius, penguasa Roma, untuk meminta bantuannya memerangi Rasulullah. Heraklius berjanji memberikan bantuan dan Abu Amir pun bersekutu dengannya. Dia juga menulis kepada beberapa orang di Madinah yang berisi kemunafiqan, janji-janji dan sindiran kepada mereka bahwa dia akan memimpin pasukan untuk memerangi dan mengalahkan Rasulullah. Dia memerintahkan mereka untuk membangun basis kekuatan dimana dia dapat mengirim pengintai dan bekerja sebagai pos pengamat ketika Abu Amir sudah bergabung. Kaum munafiq (yang diam-diam menuruti Abu Amir) ini kemudian membangun masjid di sebelah Masjid Quba’ dan mereka menyelesaikan pembangunannya sebelum Rasulullah berangkat menuju Perang Tabuk. Mereka (kaum munafiq) mendatangi Rasulullah dan mengundang beliau untuk melaksanakan sholat di masjid mereka sehingga akan dijadikan bukti bahwa RAsulullah menyetujui masjid mereka. Mereka mengatakan kepada Rasulullah bahwa mereka membangun masjid untuk orang-orang lemah dan sakit pada malam yang berhujan. Namun, Allah mencegah Rasulullah untuk melaksanakan sholat di masjid tersebut. Rasulullah sendiri saat itu berucap

«إِنَّا عَلَى سَفَرٍ وَلَكِنْ إِذَا رَجَعْنَا إِنْ شَاءَ الله»

(Ketika kami kembali nanti dari perjalanan (Perang Tabuk) ini, bila Allah mengizinkan)

Ketika Rasulullah kembali dari Perang Tabuk dan kurang lebih satu atau dua hari perjalanan lagi dari Madinah, Jibril turun kepada beliau dan membawa berita tentang Masjid Dlirar dan kaum kafir serta pecahnya kaum beriman; yang sebelumnya beribadah di Masjid Quba (yang dibangun atas dasar taqwa sejak hari pertama), bahwa Masjid Dlirar adalah masjid yang terkutuk. Oleh karenanya, Rasulullah mengirimkan sejumlah orang untuk kemudian merubuhkan Masjid Dlirar sebelum beliau sampai ke Madinah.
`Ali bin Abi Talhah menyampaikan bahwa Ibn `Abbas mengatakan sesuatu tentang ayat ini (9:107), "Mereka merupakan kaum Anshar dimana Abu Amir berkata “Bangunlah masjid dan persiapkan apapun yang kamu dapat, tenaga dan senjata, untuk kemudian saya akan menuju Kaisar Romawi untuk membawa prajurit Romawi yang dengan mereka saya akan menghancurkan Muhammad dan para pengikutnya”. Ketika mereka membangun masjid ini, mereka pergi ke Rasulullah dan berkata "Kami selelsai membangun masjid kami dan kami meminta engkau sholat di dalamnya dan memohonkan rahmat Allah”. Allah kemudian menurunkan ayat,


﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا﴾

Jangan kamu berdiri (sholat) di dalamnya

﴿الْظَّـلِمِينَ﴾

Kaum dzolim

﴿وَلَيَحْلِفَنَّ﴾

Mereka yang membangun

﴿إِنْ أَرَدْنَا إِلاَّ الْحُسْنَى﴾

(Bahwa niat mereka tidak lain selain kebaikan) dengan membangun masjid ini kami mencari kebaikan dan kesenangan pada ummat.

Allah menjawab,

﴿وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَـذِبُونَ﴾

(Allah bersaksi bahwa mereka adalah pendusta yang nyata) dimana mereka mambangun untuk merusak Masjid Quba dan tidak percaya kepada Allah dan untuk memecah belah kaum beriman. Mereka menjadikannya sebagai tempat mengintai untuk mereka yang memerangi Allah dan RasulNya, seperti Abu Amir yang fasiq yang biasa disebut Ar-Rahib, semoga Allah mengutuknya! Demikian Allah berfirman,


﴿لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا﴾

(Jangan kamu berdiri di dalamnya), melarang Rasulullah dan ummatnya untuk melaksanakan sholat di dalamnya.

Allah mendorong Rasulullah untuk sholat di Masjid Quba yang dari hari pertama didirikan atas dasar taqwa, ketaatan kepada Allah adan Rasulnya, untuk mengumpulkan kaum beriman dan sebagai perlindungan dan benteng bagi Islam dan ummatnya. Ini sebabnya Allah berfirman,

﴿لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ﴾

(Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya). Hal ini menunjuk kepada Masjid Quba’. Pada salah satu hadits Rasulullah bersabda,

«صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ كَعُمْرَة»

(Satu sholat di Masjid Quba adalah seperti Umrah). Tercatat dalam riwayat-riwayat shahih bahwa Rasulullah biasa mengunjungi Masjid Quba saat berkuda atau berjalan.

Allah selanjutnya berfirman bahwa masjid yang dibangun dengan dasar taqwa kepada Allah dan Rasulullah tidaklah sama dengan masjid yang dibangun untuk mengkibatkan kerusakan, ketidakpercayaan dan sebagai tempat berkumpul untuk memerangi Allah dan RasulNya. Hal ini ibarat mereka membangun masjid di sisi jurang yang dalam


﴿فِى نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لاَ يَهْدِى الْقَوْمَ الظَّـلِمِينَ﴾

(ke dalam Neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum dzolimin), Allah tidak memberikan hasil perbuatan mereka yang sesat. Jabir bin `Abdullah mengatakan, "Saya melihat masjid yang dibangun untuk membuat kerusakan dengan asap membubung darinya pada masa Rasulullah” . Allah's berfirman,
﴿لاَ يَزَالُ بُنْيَانُهُمُ الَّذِى بَنَوْاْ رِيبَةً فِى قُلُوبِهِمْ﴾

(Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka), dan kemunafiqan. Karena hal ini merupakan tindakan yang buruk yang mereka lakukan sebagaimana mereka menyembah sapi pada ummat sebelumnya. Lalu Allah berfirman selanjutnya,

﴿إِلاَّ أَن تَقَطَّعَ قُلُوبُهُمْ﴾

(kecuali bila hati mereka itu telah hancur) hingga mereka meninggal, menurut Ibn `Abbas, Mujahid, Qatadah, Zayd bin Aslam, As-Suddi, Habib bin Abi Thabit, Ad-Dahhak, `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam dan sejumlah Ulama salaf.

﴿وَاللَّهُ عَلِيمٌ﴾

(dan Allah Maha mengetahui,) atas perbuatan mahlukNya,

﴿حَكِيمٌ﴾

(lagi Maha Bijaksana.) dalam memberikan balasan atas apa yang diperbuat mahlukNya.
---


Maaf, mengutip Tafsir Ibn Katsir dalam ayat 107-110 hampir tidak mungkin dipotong-potong karena berkaitan dengan pemahaman Masjid Dlirar dan bagaimana hukumnya masjid tersebut?
Mesjid Dlirar yang dibangun oleh Abu ‘Amir Ar Rahib –di mana dia adalah seorang dari suku Khazraj, ayah bagi Handhalah Al Ghasil radliyallaahu ‘anhu dan dia itu dicap fasiq oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam– sebab-sebab pembangunannya sebagaimana yang disebutkan oleh ayat-ayat tadi adalah:

1. Pendiriannya dalam rangka mendatangkan madlarat kepada kaum musiimin dan untuk mendatangkan bahaya terhadap mereka. Di mana pembangunannya adalah untuk memalingkan kaum muslimin dari Mesjid Quba, bukan karena kecintaan terhadap ketaatan, akan tetapi untuk mendatangkan gangguan bagi diri kaum musiimin dan untuk menimbulkan perseteruan dan pertentangan di tengah mereka, sedangkan ini adalah tergolong kemadlaratan yang paling besar.

2. Kekafiran dan pengokohannya. Itu karena penyendirian mereka di mesjid khusus mereka adalah memudahkan mereka dan saudara-saudara mereka dari kalangan orang-orang kafir dan munafiqin untuk berkumpul dan bertukar pikiran, sedangkan kaum muslimin tidak merasa ragu terhadap mereka, karena keberadaan mereka di dalam mesjid dirasa tidak mungkin muncul bahaya dari mereka, terus sesungguhnya ia adalah hujjah bagi orang yang rneninggalkan shalat di mesjid kaum muslimin bahwa ia shalat di mesjid itu, sehingga hal itu memudahkan’bagi kaum munafiqin kemunafiqkannya dan peninggalannya terhadap perintah Allah. Subhaanahu Wa Ta’aalaa.

3. Memecah belah kaum muslimin di dalam satu agama, karena sesungguhnya di antara tujuan shalat berjama’ah adalah mempererat kesatuan, keharmonisan dan adanya kasih sayang.

4. Menunggu kedatangan orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, di mana ia itu menjadi sarang bagi setiap orang yang datang untuk memerangi kaum mukminin, di mana dengan hal itu programnya menjadi mudah dan tujuannya untuk merusak kaum muslimin menjadi lancar.


Syeikh Abu Qutadah al Filistin menyampaikan Ibnu Hazm rahimahullah berkata: Bila terbukti bahwa orang yang membangunnya memaksudkan pendatangan kemadlaratan dan memecah belah jama’ah bukan untuk tujuan kebaikan, maka ia wajib dibakar dan dirobohkan serta dibiarkan puing-puingnya menjadi sampah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap mesjid dlirar. (Al Bayan Wat Ta-shil 1/411).

Imam Al Sayuthiy berkata: Dan di antara hal yang bid’ah adalah banyaknya mesjid di satu komplek, itu dikarenakan ia memecah belah jama’ah, mencecerkan kesatuan orang-orang shalat, mengurai persatuan di dalam ibadah, melenyapkan keindahan banyaknya orang-orang yang beribadah, memperbanyak kelompok dan perselisihan paham, dan membahayakan hikmah pensyari’atan jama’ah -yaitu kesatuan suara terhadap pelaksanaan ibadah dan satu sama lain saling memberikan manfaat dan bantuan-, mendatangkan madlarat kepada mesjid yang lama atau seperti mendatangkan madlarat atau kecintaannya kepada kemasyhuran dan ketenaran serta menggunakan harta pada suatu yang tidak penting. (Al Amru Bil Ittiba’ Wan Nahyu ‘Anil Ibtida’)

Sementara Imam Al Bahutiy berkata: Haram membangun mesjid di dekat mesjid kecuali karena kebutuhan, umpamanya sempitnya mesjid yang pertama atau hal lainnya seperti khawatir fitnah kumpulnya mereka di satu mesjid. Dan dhahir madzhab (Hanbali) meskipun tidak bermaksud mendatangkan madlarat. (Syarhul Iqnaa’ 1/545).

Az Zamakhsyari (yang bermadzhab Hanafi di dalam fiqh dan bermadzhab Mutazilah di dalam aqidah) berkata: Setiap mesjid yang dibangun dalam rangka bangga-banggaan atau riya’ atau sum’ah atau untuk tujuan selain ridla Allah atau dibangun dengan harta yang tidak halal, maka ia sama statusnya dengan mesjid dlirar. Dari Syaqiq bahwa ia tidak melakukan shalat di mesjid Bani ‘Amir, maka dikatakan kepadanya: Mesjid Bani Fulan, mereka tidak pernah shalat di dalamnya.” Maka beliau berkata: “Saya tidak senang melakukan shalat di dalamnya, karena ia dibangun di atas dlirar.” Dan setiap mesjid yang dibangun di atas dlirar atau riya’ dan sum’ah, maka hukumnya berakhir pada mesjid yang dibangun dalam rangka dlirar. (9/3268).



Penjelasan para Ulama tadi menjelaskan apa yang dimaksud dengan Masjid Dlirar. Penjelasan Imam Ibn Katsir pada Surat At Taubah ayat 107-110 pun sangat jelas. Melihat pada konteks permasalahan statement Pak Ahok membangun masjid tentunya harus disikapi dengan melihat siapa yang membangun? Dimana masjid tersebut dibangun dan dengan dana siapa masjid tersebut dibangun? Saya pribadi berpendapat bahwa statement Pak Ahok membangun masjid adalah sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bukan beliau yang membangun masjid tetapi pada dasarnya itu adalah program pemerintah, dan bukan oleh Pak Ahok secara pribadi. Siapapun Gubernurnya, asal tidak korupsi dan memprogramkan pembangunan masjid tersebut maka masjid terebut berdiri juga. Sehingga status masjid-masjid tersebut bukanlah Masjid yang didirikan oleh Pak Ahok, tetapi Masjid yang didirikan oleh Pemda DKI saat Pak Ahok jadi Gubernur. Karena di antara yang difatwakan oleh ulama adalah tidak bolehnya menerima wakaf orang Yahudi, orang Nasrani dan orang kafir terhadap mesjid. Di dalam Al Mi’yar Al Mu’arrab: Abu Imran Al Qaththan ditanya tentang orang Yahudi yang mewakafkan rumah terhadap mesjid di Qurthubah, maka beliau menjawab: “Tidak boleh.”(Al Mi’yar Al Mu’arrab 7/65), dan telah lalu tidak diterimanya orang yang mewakafkan tanah dalam rangka dlirar atau diketahui pewakafannya dalam rangka riya’ dan sum’ah, akan tetapi ia ditolak.

Dengan telah mengambil posisi pemahaman bahwa Masjid yang dibangun adalah dibangun oleh Pemda DKI maka untuk menentukan apakah mesjid yang didirikan oleh pemerintah daerah atau mendapat bantuan pemerintah termasuk masjid dlirar atau tidak, kita perlu melihat dengan seksama ciri-ciri di atas. Yaitu, apakah didirikan dengan tujuan mengganggu / merusak dan memecah belah ummat Islam, menjadi sarana kampanye kekufuran dan dijadikan sarana pengintai kegiatan ummat Islam untuk kemudian menghancurkan ummat Islam.

Melihat pada tempat masjid tersebut dibangun, manfaat dari masjid-masjid tersebut serta siapa yang membangun masjid tersebut saya berhusnudzon bahwa ketiga masjid tersebut bukanlah merupakan masjid dlirar, sehingga ummat Islam sah untuk melakukan sholat didalamnya serta mensyi’arkan agama Islam dengan sholat berjama’ah di dalam masjid-masjid tersebut. Karena hal tersebut juga difirmankan Allah pada Surat At Taubah ayat 17-18 :

﴿مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُواْ مَسَاجِدَ الله شَـهِدِينَ عَلَى أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ أُوْلَـئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَـلُهُمْ وَفِى النَّارِ هُمْ خَـلِدُونَ - إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَـجِدَ اللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الاٌّخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَوةَ وَءاتَى الزَّكَوةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللَّهَ فَعَسَى أُوْلَـئِكَ أَن يَكُونُواْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ ﴾

"Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengaku bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya dan mereka kekal di dalam neraka. -- Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk".


Semoga membawa kemaslahatan bagi ummat.
Wallahu a’lam bish showab

--00--


Sudrun bilang "Mas, aku cuman ke masjid waktu Jum'atan, mosok terus disuruh ikut njelasin soal ginian....moh, isin aku"














Comments

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Tragedi Dewi Sinta

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA