Islamku Islam 212, Islam sampeyan yang mana?



Pip..pip…

Whatsap saya berbunyi…dari Mas Sudrun
“Lagi sibuk mas?”

Sambil tidak melepaskan pandangan dari layar tivi yang sedang memutar serial House saya membalas
“Mboten….kenapa mas?”

Pip..pip…
“Kemaren kemana?”

Tumben nanya-nanya soal kemaren, emang ada apa kemaren? Saya jadi berfikir…
“Gak kemana-mana…di rumah aja nonton bola, emang kenapa mas?”


Sekarang bunyi pip-pip hilang berubah jadi bunyi alunan irama Hadzihi Laylati milik Umm Kultsum

“Assalamualaikum mas Sudrun…pa kabar?”
“Waalaikum salam, mas...sampeyan kemana kemaren? Koq gak ikutan reuni 212?”
“Waduh...mbok ya dijawab dulu sampeyan sehat opo ora? Lah, kenapa harus ikutan mas?”
“Sampeyan sekarang jadi kelompok pendukung penghina agama Islam sih ya, pencinta pemimpin yang munafik, pembela pembakar bendera tauhid, liberal, cenderung sesat dan senengnya mendzolimi ulama dan organisasi Islam…perilaku sampeyan itu perilaku orang Islam bukan sih?”
“Mas Sudrun…astaghfirullah, sabar toh mas…”
“Kesabaran saya menghadapi sampeyan sudah diujung tanduk betul…sampeyan selalu bergaya moderat tapi malah melecehkan umat Islam sendiri, gak eman-eman tah mas sama keislaman sampeyan?”
“Mas Sudrun denger pidato apalagi selama reuni?”
“Banyak mas…emang kenapa?”
“Yang pidato-pidato semangat semua yah mas?”
“Lah, ya iya lah…ghirah keislamannya berasa sekali”
“Pake ngejelek-jelekin dan menghina Presiden, pemerintahan sekarang, para Kyai yang nyantai-nyantai soal Ahok dan pembakaran bendera HTI sama ngafir-ngafirin orang yang gak sefaham sama mereka gak?”
“Bukan ngejelekin mas, bicara fakta, ini soal kebenaran dan keadilan”
“Yakin tuh faktanya bener?”
“Mas gak percaya sama ustadz-ustadz pembela Islam itu?”
“Bukan gak percaya, cuman kan berulang kali yang dibilang mas Sudrun sebagai ustadz pembela Islam itu salah menyampaikan fakta, apalagi yang pidato sebagian kan politikus yang emang kampanye dari kemaren-kemaren dan data yg disampein yang sesuai kebutuhan mereka aja…itu pun salah-salah”
“Ah bukan salah, tapi keliru sedikit, wajar, tapi banyak benernya koq..”
“Misalnya?”
“Kita ini umat mayoritas tapi teraniaya dan dizholimi”

Hahahahahaa….

“Koq malah ketawa..? Sampeyan ngenyek
“Maaf mas, bukan mau menghina atau gimana, itu kelepasan aja saya ketawa. Saya baru nyadar kalo mas Sudrun itu selama ini merasa terzholimi…beneran deh. Terzholimi nya sama siapa? Kapan toh mas Sudrun ini dizholimi?”
“Yaa anu mas…itu buktinya ada masalah Ahok, terus Habib Riziq dizholimi, bendera tauhid dibakar dan HTI yang organisasi Islam dibubarin”
“Mas, yang pertama masalah Ahok. Lah, orangnya kan udah dinyatakan bersalah dan lagi dipenjara, mau diapain lagi?
Yang menyatakan Ahok melecehkan agama itu kan Kyai Ma’ruf Amin yang saat itu jadi Ketua MUI.  Makanya dulu gerakan demonya namanya gerakan membela fatwa MUI.  Nah, sekarang beliaunya yang ngeluarin fatwa gak ikutan reuni 212 tuh.  Terus gara-gara beliaunya gak mau ikutan reuni dan malah jadi calon Wapres Pak Jokowi lantas beliaunya otomatis jadi penista agama? Harus ikut dipenjara juga gitu? Termasuk Pak Jokowi nya? Gimana sih cara berfikirnya?”

“Ndak gitu mas….”

“Yang kedua urusan ulama dizholimi.  Ulama yang mana? Kalau yang dianggap sebagai ulama nya itu kena tuduhan makar atau terorisme atau penghinaan kepada Kepala Negara kan ada undang-undangnya.  Kalau penegak hukum gak menjalankan undang-undang kan gak istiqomah menjalankan amanat rakyat namanya.  Masa ke orang lain undang-undang itu berlaku, giliran ke orang berjubah dan bersorban gak boleh berlaku? Apa bukan warga negara Indonesia tuh orang yg berjubah dan bersorban itu? Kalau masih warga negara Indonesia ya ikuti dong proses hukumnya, benar apa salah kan ntar diliat di pengadilan.  Apalagi Habib Riziq itu kasusnya bukan karena agama koq, kan kasus chat susila sama tuduhan menghina pemerintah”

“Tapi itu kan dizholimi, nanti pengadilannya diatur biar dia salah…”

“Waktu kasus Ahok dinyatakan bersalah katanya kita harus percaya ke sistem hukum dan peradilan Indonesia, giliran kena ke diri sendiri terus gak percaya pengadilannya adil…piye toh? Pake kabur pula ke Saudi sono.  Kalau yakin benar gak bersalah kan gak perlu kabur, orang jadi malah berfikir semua kesalahan yang dituduhkan itu benar adanya mas”

“Orang lain jelek-jelekin pemerintah gak ditangkep tuh…”

“Mas Sudrun jelek-jelekin pemerintah juga gak akan ditangkep mas…wong cuman Mas Sudrun, tapi kalo udah jadi fitnah apalagi yang bilang pemimpin massa yang bisa mempengaruhi orang lain ya mau gak mau toh…kan kalau fitnah nya meluas malah tambah jadi mudhorot”

“Iya sih..”

“Soal pembubaran HTI juga, mas Sudrun kan tau Hizbut Tahrir yang jadi induk organisasi HTI itu berdiri di Yerusalem, Palestina dan malah dilarang sama negaranya termasuk sama Mesir, Saudi Arabia dan negara-negara Arab lain karena ideologinya bertentangan dengan ideologi dasar negara-negara itu…nah, Indonesia mah kebaikan mas…jadinya di Indonesia baru dilarang kemaren.  Lah di negara yang jadi asalnya aja dilarang, ya wajar kalo dilarang disini karena pengen ganti NKRI dengan negara Islam. DI/TII aja dulu udah ditumpas, koq sekarang muncul lagi yang pengen ngerubah NKRI jadi negara Islam.  Bisa perang saudara di Indonesia kalau HTI dibiarin terus.   
Lantas kebetulan benderanya dibakar sama anak banser, dijadiin lah komoditas politik seolah anak banser ngebakar bendera tauhid, panji Rasulullah, padahal panji Rasulullah kaya gimana juga gak ada hadits dan riwayat yang jelas.  Kalaupun panji Rasulullah itu tulisannya kalimat tauhid menurut saya yang lebih mirip ya bendera ISIS itu, wong jaman Rasulullah itu huruf arab gak ada titik-titiknya dan khat nya ya model gitu.  Coba sampeyan bawa bendera ISIS jalan-jalan, hebat kalo gak lantas ditangkep sama Densus 88 mas, wani ora?" 

“Ngapain aku bawa-bawa bendera ISIS? Itu kan udah jelas organisasi teroris”

“Lah, itu kan bendera tauhid juga mas….”

“Ya..tapi kan…” 

“Wong Habib Riziq aja di Mekah waktu didatengin polisi Mekah karena ada bendera tauhid di pintu belakang rumahnya malahan sibuk jelasin ke polisi Mekah bahwa dia difitnah karena dia gak merasa pasang bendera tauhid warna hitam di belakang pintu masuk rumahnya.  Lah katanya bela bendera tauhid, giliran ditanya polisi Mekah bilangnya difitnah terus gak mau bendera itu dipasang, koq gak terus dengan bangga bilang yang dipasang itu panji Rasulullah? Apa karena sadar bahwa polisi Arab bukan orang Indonesia jadi gak bisa dibodoh-bodohin soal mana yang panji Rasulullah, mana yang bendera organisasi Hizbut Tahrir? Kan bendera Saudi Arabia juga ada kalimat tauhid nya, pake pedang pula….Ke orang Indonesia sibuk nyuruh demo bendera tauhid, di rumahnya sendiri di Mekah ketakutan dipasangin bendera tauhid” 

“…..”

“Mas, sebetulnya sampeyan ikut-ikutan reuni itu kenapa sih? Takut dibilangin kurang Islam? Jangan takut mas, Islam dan Iman sampeyan bukan manusia yang ngukur.  Iman Islamnya kita itu untuk kebaikan kita dan lingkungan kita mas.  Bukan untuk nakut-nakutin orang, bukan juga buat pamer dan sombong-sombongan.  Rasulullah pernah berkata "Khoirun naas..anfa'uhum lin naas", sebaik-baik manusia itu yang paling berguna bagi manusia lain..Rasulullah gak berujar Khoirul muslimin toh...Sampeyan sepakat toh bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, bukan sekedar rahmatan lil muslimin ? Bahwa Rasulullah itu diutus untuk menyempurnakan akhlaq umat manusia?”

“Ya sepakat mas..”

“Terus sampeyan maunya ittiba’ ke Rasulullah kan?”
 
“Iya mas..”

“Dulu jaman Rasulullah itu, yang suka teriak-teriak di Ka’bah jelek-jelekin orang, menghina orang, mencaci orang lain itu Abu Jahal, bukan Rasulullah…pakaiannya juga sama pake surban dan berjubah.  Lantas kalo sampeyan ikut-ikutan berjubah dan bersorban supaya dibilang ittiba’ ke Rasulullah tapi kemudian sampeyan malah teriak-teriak menghina orang, mencaci maki orang lain sampe suara sampeyan serak macam yang terjadi saat reunian kalian kemarin itu…jangan-jangan sampeyan ini keliru sebetulnya ittiba´ ke Abu Jahal…bikin orang yang gak sefaham atau seagama takut karena dikafir-kafirkan..seolah kalian bawa stempel cap "kafir" buat orang diluar kelompok itu.  Sampeyan ini beragama mau cari kedamaian apa mau cari musuh?”

Astaghfirullah...iya yah mas...naudzu billah min dzalik mas

“Makanya mas, hati-hati, jangan sampai terjebak dengan apa yang ada dan kelihatan di permukaan.  Sekarang ini di Indonesia agama dijadikan alat politik.  Coba kalau sampeyan hidup di zaman para sahabat, saat Sayyidina Ali berperang dengan Muawiyah karena permasalahan kekhalifahan, sampeyan mau belain siapa? Sayyidina Ali dijamin Rasulullah masuk surga, artinya perilakunya musti bener…tapi di pihak Muawiyah ada sahabat-sahabat lain yang juga dijamin masuk surga termasuk diantaranya istri Baginda Rasulullah.  Ikut siapa sampeyan?”

“Ya…gimana ya..”

“Mas, para sahabat saat itu juga terpecah, tapi yang jelas gak bener adalah mereka yang kemudian menjadi kaum Khawarij yang membenci dan menyalahkan keduanya secara berlebihan dan kaum Syi’ah yang memuja Sayyidina Ali secara berlebihan.  Jadi kalau masalahnya politik kekuasaan dan pemerintahan di Indonesia ini, ya tenang-tenang saja lah, jangan terpengaruh menjadi seperti kaum Khawarij yang berlebihan dalam membenci keduanya sampai mengkafirkan Sayyidina Ali dan Muawiyah bahkan sampai membunuh mereka atau juga jangan jadi seperti kaum syi’ah yang terlalu memuja salah satu dan sangat membenci kelompok yang lain sampai bilang malaikat Jibril keliru menyampaikan wahyu mustinya ke Sayyidina Ali. 

Politikus yang diatas sana sebetulnya nyantai-nyantai aja dan cuman memanfaatkan emosi para pendukungnya saja mas.  Mereka ngopi-ngopi, sampeyan yang keringetan dan ngumpulin dosa fitnah nya.  Insya allah di Indonesia mah, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.  Jangan mudah terjebak dengan permasalahan politik yang ndompleng sama agama mas.  Terzholimi itu cuman perasaan mas Sudrun aja, wong di Indonesia ini masjid pasang toa gede-gede sampe suaranya kemana-mana ya gak papa, mau beribadah ya bebas, masjid dimana-mana.  Demo bawa nama agama ya jalan juga, sampe reuni demo aja dibiarin.  Padahal apa yang di demoin udah gak jelas toh.  

Di Indonesia ini rukun Islam diurusin sama negara semua. Sampeyan masuk Islam ya ada di KTP. Masuk waktunya sholat, masjid dengan toa nya ada dimana-mana, bahkan di daerah yang mayoritas agama nasrani atau hindu ya waktu sholat itu diumumin pake adzan dimana-mana.  Mau puasa sama pemerintah diumumin kapan mulainya, kapan selesainya, pake sidang isbat pula, itu pun yang gak mau ngikut hasil perhitungan pemerintah ya gak papa.  Sampeyan mau zakat ya kantor badan amil zakat dimana-mana.  Haji ya diurusin sampe dikirim Menteri buat mantau ibadah haji dan meyakinkan bahwa jama'ah haji asal Indonesia tercukupi dan terlayani.  Malahan biaya haji pun masih lebih murah daripada Malaysia atau Brunei yang negaranya bilang berlandaskan agama Islam.  Dari mana lagi koq muncul rasa terzholimi mas? 

Perasaan mas terzholimi itu sangat mungkin keliru sebagaimana kelirunya niat ittiba’ ke Rasulullah yang pada perwujudannya justru menjadi ittiba’ ke Abu Jahal karena ketidak mampuan kita untuk menahan nafsu angkara atas kepuasan memiliki identitas ke-Islaman.  Mau demo ya silahkan yang penting jelas apa yang mau didemoin, gak usah bawa-bawa agama kalo memang urusannya politik dan gak nyangkut ke agama, jangan pula terus ngatain orang yang gak mau ikutan demo sebagai musuh agama.  Kalau maunya istighotsah ya monggo tinggal istighotsah aja rame-rame.  Bagus malah.  Tapi jangan terus nuduh yang gak ikutan udah gak Islam lagi.  Apa iya terus kalo gak reunian di monas jadi gak Islam lagi? Apa ada madzhab baru Islam 212 yang dijamin bener dan bagi-bagi karcis masuk surga? Koq kelirunya tambah jauh….”

“…..”




“Mas…koq diem? Masih nyambung toh…”
“Iya..masih ada ini…ehm…sampeyan reunian SD minggu depan dateng nggak?”
“Kalo reuni yang ini insya allah dateng, kenapa mas?"
“Kita barengan ya, saya minta dijemput boleh gak..?”
“Bisa aja, lah motore sampeyan kemana?”
“Eee…anu mas, kemaren dijual buat modal ikutan reuni 212…”
Subhanalloh….iya mas, ntar tak jemput”
"Suwun ya mas..maafin saya td emosi.."
"Nggih mas.."
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"

Klik…


Mendung sudah jadi gerimis....
Jadi inget sama hadits yang ini :

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ وَتَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ وَدَعْوَاهُمَا وَاحِدَةٌ

"Tidak akan datang hari Kiamat hingga muncul dua kelompok yang saling berperang dan akan terjadi pertumpahan darah yang hebat, sedangkan dakwah keduanya sama"

Ya Allah, semoga hadits itu bukan meramalkan tentang Indonesia dan hanya penjelasan Rasulullah tentang zaman Sayyidina Ali sebagaimana diyakini para Ulama.
Semoga Indonesia menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur yang sesungguhnya dan menjadi cerminan berkembang dan berjalannya ajaran agama Islam sebagai rahmatan lil alamin bagi umat manusia apapun suku dan agamanya.

Aamiiin

Comments

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Tragedi Dewi Sinta

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA