Pramusaji

Gara-gara menulis soal assertive communication jadi inget kejadian dua hari yang lalu. Ceritanya soal pramusaji di salah satu restoran di tempat yang tergolong bagus bahkan sangat bagus di Jakarta. Daripada jadi bingung sekalian saya beri tahu, di Restoran Riung Sunda di Pasific Place Jakarta. Malam itu saya dengan keluarga serta kakak dan adik saya ke PP untuk melihat pameran foto, kemudian kita makan malan di restoran tersebut diatas. Gak ada yang salah dengan menu makanan disitu, enak deh, tapi saat itu ada yang salah dengan pramusaji nya. Lelet, tidak ramah dan menyebalkan. Kalau cuma satu orang yang berkelakuan seperti itu mungkin saya cuek saja, tapi semuanya begitu, aneh. Ya, aneh, orang-orang yang bekerja di bisnis jasa koq berkelakuan seperti itu.




Bisnis jasa adalah bisnis yang mengedepankan pelayanan terhadap konsumennya secara langsung. jadi tuntutan untuk ramah, bekerja cepat dan mampu melayani itu sangat penting. Gara-gara pesanan minuman kami tidak juga datang sampai makanan kami habis saya jadi marah, saya datangi counter tempat mereka membuat minuman lalu sampai saya tawarin supaya mereka saja yang makan dan saya yang akan membuat minuman untuk mereka dan berakhir dengan teguran kepada para pelayan yang dimaki-maki dengan cukup kasar oleh saya (*maaf ye pak...). Walaupun kemudian kakak saya memberi tahu untuk menerapkan assertive communication nya yang lihai itu, mulai dari memuji enaknya makanan, sampai dengan koreksi perilaku bangsa kita yang tidak menghargai konsumen sehingga selalu kalah bersaing dengan bangsa lain. Sayangnya sang manajer kabur pada saat kita akan membayar dan pulang, jadinya gagal deh menerapkan assertive communication itu, yang tersisa rasa dongkol saja.

Saya sempat berfikir dan merasa seperti berada di salah satu negara komunis yang tidak perlu beramah tamah dengan konsumen karena banyak sedikitnya konsumen toh bayaran yang mereka terima akan sama saja. Sedih juga melihat perilaku bisnis pada level bawah yang masih belum memahami perlunya keramah tamahan dalam bisnis jasa ini.

Saya bukan seorang pelaku bisnis ditinjau dari berbagai aspek pun tetap saja saya hanya sebagai seorang konsumen. Tapi mengamati perlaku seperti itu rasanya koq jadi tidak aneh kalau kita seringkali kalah dalam urusan bisnis dibandingkan dengan negara tetangga kita seperti Malaysia, Thailand, Singapura dll. Atau jangan-jangan para pramusaji itu tidak pernah diajari dan dilatih etika dan tatacara melayani tamu atau konsumen. Entahlah, saya hanya khawatir kalau sikap seperti ini dipertahankan oleh mereka, maka akan menjadikan mereka sebagai orang yang tidak perduli dengan kepuasan konsumen dan menjadi tidak berbeda dengan perilaku bisnis orang-orang di negara komunis yang memang tidak perlu ramah kepada konsumennya.

Catatan : Saya tidak mencoba memikirkan dari aspek lain, ini hanya tempat menceritakan unek2 saya saja, daripada saya pendam sendiri terus jadi bibit penyakit jantung.....

Comments

  1. itulah gambaran orang2 yang tidak mencintai pekerjaannya sepenuh hati. mereka bekerja karena terpaksa dan penuh siksaan, mereka ga tau esensi pekerjaan waiter/waitress itu apa sih? yang ada disitu cuma badannya aja, sementara jiwanya mungkin ada di tempat lain. gak heran kualitas kerjaannya jadi sangat buruk. salah satu pembelajaraan dari pengalaman ini adalah, love your job so you can excell in them...

    ReplyDelete
  2. @ luna : bener tuh...orang2 seperti itu gak cocok banget deh kerja di bisnis jasa...

    @ cebong : beneran sabar nih bong...:D

    ReplyDelete
  3. Euh enya Pak, abdi pernah ngalaman tah pramusaji nu tidak ramah teh, di Es Krim Ragusa, parah, jarudes pelayanna. Jadi kapok moal kadinya deui.
    Padahal lamun pelayanannya ramah, pasti akan membuat kita "ketagihan" untuk berkunjung kembali ke tempat yang sama ya Pak.

    ReplyDelete
  4. kejadian seperti itu emang udah g aneh,,

    di jokja saja kami di tegur gara" balita yg kami bawa membawa jajanan dari luar,
    saya tahu bahwa membawa makanan dari luar ga boleh, tapi masa anak 3 tahun juga di samakan, bisa" nangis,,,

    sayangnya pelayannya ga mau tahu....

    ReplyDelete
  5. ahk itu hanya perasaan kang nafis sadja...he he..

    ReplyDelete
  6. kalo saya sih ga pernah marah2 gitu kang...............cuma ngebalikin meja aja............

    ReplyDelete
  7. Pulang dan ga usah balik lagi kesitu, abis udah dibilangin ama Pak mayor ga mempan

    ReplyDelete
  8. hahaha....emang akhirnya mah gak pernah balik kesitu lagi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Tragedi Dewi Sinta

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA