Upacara Hari Ibu

Hari Senin kemarin salah seorang teman saya yang kebetulan seorang Ibu berkeluh kesah bahwa tidak seorangpun diantara suaminya maupun anak-anaknya yang ingat bahwa tanggal 22 Desember itu hari Ibu. Tidak ada yang istimewa dalam kejadian ini, saya yakin bahwa banyak sekali yang tidak ingat atau bahkan tidak tahu bahwa tanggal 22 Desember itu hari Ibu. Saya kebetulan ingat (so, beberapa hari sebelumnya pun sudah ingat sama Ibu; ingat kan postingan saya tentang Ibu saya), ditambah lagi dengan upacara yang diadakan di kantor untuk memperingati hari Ibu yang ke - 80.


Saya tidak akan mempermasalahkan apa-apa disini, saya hanya ingin mengungkapkan pertanyaan yang jadi unek-unek saya saja. Saya terus terang saja sering tidak sreg dengan hal yang bersifat seremonial. Lho, kenapa? Sampeyan kan kerjanya upacara setiap hari Senin?..Justru itu yang jadi masalah. Saya ini bosan dengan yang namanya upacara, sudah menjadi rutinitas dan kehilangan makna.




Apalagi, banyak orang yang hanya dengan upacara lalu sudah merasa menjalankan kewajiban, apapun itu bentuknya kewajiban. Waktu menjelang 17 Agustus kemarin ramai2 orang memberi saran kepada saya untuk ikut memerah putihkan blog, forum dll dengan cara merubah avatar, siggy dan pernak-pernik semacam itu menjadi merah putih. Saya tidak mau bahkan sampai ribut di salah satu forum.

Menurut saya, tindakan seperti itu tidak perlu dipaksa, kalau memang cinta dan mau merubah ya silahkan, tidak merubah juga tidak apa-apa yang penting bagaimana menjalani hidup sehari-hari dengan penuh keikhlasan dan bakti yang didarmakan kepada negara. Bahkan tukang tahu yang tidak ikut merubah warna gerobak tahunya jadi merah putih pun tetap berbakti pada negara koq (lihat postingan saya tentang mengisi kemerdekaan pd bulan Agustus).

Kembali ke topik hari Ibu, tidaklah penting menurut saya memperingati hari Ibu tapi di sisa hari lainnya yang satu tahun kita tidak menunjukkan darma bakti kita kepada Ibu.

Apalah arti satu hari dibandingkan dengan 364 hari yang lain? Apakah para Ibu mau dihormati dan diperlakukan dengan baik sekali pada hari Ibu lalu disia-siakan dan diacuhkan oleh anak-anaknya pada sisa hari yang lain dalam setahun? Apakah kita-kita dengan memperingati hari Ibu lalu merasa sudah cukup darma bakti kita kepada Ibu yang sudah dengan susah payah membesarkan kita?

Hanya diri kita dan hati nurani kita dari lubuk hati yang terdalam yang bisa menjawab.

Comments

  1. wekkeke kenapah ganti lagi Om
    yg penting bakti sepanjang masa

    ReplyDelete
  2. gagal g bikin matching headernya bong...jadinya malah jelek..padahal readmore n yg lain2nya udah sukses tuh

    ReplyDelete
  3. iya, setelah complaining to you and hear the things that you said, I feel a lot better. bener sih, seremonial sama sekali gak penting. toh pas aku pulang kerja, dengan keadaan radang tenggorokan parah dan muka kucel, anak2 tetap menyambut dengan gembira dan pelukan kasih sayang....that really makes my day. saya jadi ingat, apa perlu all those celebratory things karena saya akan selalu menjadi bagian yang indah dalam hidup mereka....

    ReplyDelete
  4. Slamad hari ibu ya,soga ibu-ibu lita diberi kesehatan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Romantisme Melayu Siti Nurhaliza, Memaknai Lagu Cindai

Tragedi Dewi Sinta

Toleransi Beragama yang diajarkan Umar Ibn Khattab RA